Kalender Gregorian VS Kalender Maya
Sekarang
mari kita lihat tentang kalender Maya yang heboh itu. Bagi saya
membandingkan sistem penanggalan bangsa Maya dengan kalender Gregorian
yang kita pakai sekarang ibarat membandingkan tomat dengan mangga.
Kalender menunjukkan kepercayaan orang akan sebuah budaya, tapi serempak
ia juga dapat mengarahkan jalan pikiran orang. Demikian juga dengan
kalender suku Maya!
Sebelum
kita mengenal sistem penanggalan yang kita pakai saat ini sebenarnya
sudah ada kalender yang dipakai. Pertama kali kalender itu diperkenalkan
oleh orang-orang Roma. Kalender Roma dibuat berdasarkan perputaran
bulan (lunar calendar). Berhubung pergantian musim dipengaruhi oleh
perputaran Bumi terhadap Matahari, maka kalender Roma tidak tepat untuk
menghitung pergantian musim.
Berdasarkan saran seorang astronom masa itu, Sosigenes, Julius Caesar pada tahun 46 SM kemudian mengubah panjang hari dalam satu tahun menjadi 365 hari agar sesuai dengan actual season.
Namun ternyata, kalender Julian pun masih meleset! Kok bisa? Ya,
panjang tahun menurut kalender Julian masih memiliki selisih dengan
panjang tahun sebenarnya, Bumi memerlukan waktu 365,25 hari (tepatnya
365 hari 6 jam 9 menit 10 detik) untuk melakukan satu putaran penuh
mengitari Matahari. Masih atas saran dari Sosigenes, akhirnya
ditambahkan satu hari di bulan Pebruari untuk tahun ke-4 (0,25 X 4 = 1).
Dari sinilah kemudian dikenal adanya tahun kabisat menurut kalender
Julian.
Sayangnya,
meski perbaikan kalender ini sudah dilakukan tetap saja tidak sesuai
dengan pergantian musim untuk akumulatif waktu yang lebih lama. Aduh,
kenapa lagi ini? Ternyata, pergantian musim bukan semata berdasarkan
pada perputaran Bumi satu lingkaran penuh, tetapi pada gerak semu
Matahari terhadap acuan bintang tertentu. Ngomong-ngomong tentang posisi semu Matahari, rasanya ada kaitannya lho dengan siklus 26.000 tahun-nya suku Maya….. Wah, kalau begitu ramalan kiamat benar dong? Eits, tunggu dulu, kita selesaikan dulu masalah kalender baru nanti kita bicarakan soal siklus 26.000 tahun yang membuat penasaran.
Pada
tahun 1582 kalender Julian ‘menyimpang’ 10 hari dari permulaan musim
yang seharusnya. Penyebabnya adalah, adanya selisih 11 menit 14 detik
per tahun pada kalender Julian. Ya, musim dipengaruhi oleh gerak semu
Matahari mengacu pada posisi bintang yang lamanya adalah 365 hari 5 jam
48 menit 46 detik. Selisih ini jika diakumulasi menjadi cukup banyak.
Akhirnya pada tahun 1582 Paus Gregorius XIII atas usul Aloysius Liliusi dari
Napoli, memutuskan dan mengumumkan bahwa penanggalan akan disesuaikan.
Jadi pada saat itu tanggal 4 Oktober 1582 menjadi 15 Oktober 1582. Hidup
orang jadi berkurang 10 hari, berkurang jugalah 10 hari pemasukan untuk
para pedagang, dan 10 tambahan hari bagi mereka yang akan bayar sewa.
Oleh karenanya terjadi penolakan besar-besaran waktu itu. Tapi keputusan
tetap dipaksakan. Negera-negara seperti Perancis, Spanyol, Portugal dan
Italy menjadi yang pertama menggunakan kalender Gregorian. Inggris
kemudian bergabung sebagai pengguna kalender ini pada 1751. Negara
terakhir yang bergabung adalah Yunani tahun 1923. Orang-orang Yunani
waktu itu habis makan malam, mungkin minum susu, lalu pergi tidur,
tepatnya hari Rabu malam tanggal 15 Pebruari, dan bangun esok paginya
hari Kamis, tanggal 1 Maret. Akibat perubahan dari kalender Julian ke
Gregorian. Kalender Gregorian juga menetapkan aturan tambahan mengenai
tahun kabisat. Khusus untuk tahun abad yang dinyatakan sebagai kabisat
adalah tahun abad yang habis dibagi 400, contoh tahun 2000 adalah tahun
kabisat tetapi 1800 bukan tahun kabisat.
Kalender Gregorian yang kita pakai saat ini adalah solar calendar,
artinya ia berdasar pada perputaran bumi mengelilingi matahari. Unit
kalender yang paling kecil adalah hari, dimana itulah waktu yang
ditempuh bumi berotasi pada sumbunya. Bulan dalam kalender (month)
adalah waktu yang dibutuhkan bulan (moon) berevolusi mengelilingi bumi.
Ada satu unit pengukuran kalendrikal yang sama sekali tidak berhubungan
dengan planet atau kejadian astromikal apa pun. Itulah yang kita sebut
dengan “minggu” (week).
Sistem
penanggalan atau sistem kalender bangsa Maya itu lain. Tidak sama
dengan yang digunakan Kalender Gregorian. Jangan lupa, mereka memiliki
beberapa sistem kalender. Baik kalender pendek seperti kalender Tzolk’in dan Haab’, mereka juga memiliki kalender panjang (long count). Mereka menggunakan banyak siklus, tidak hanya tiga wujud celestial
yang kita kenal: Bumi, Bulan, Matahari. Mereka tidak membuat kompensasi
apapun terhadap ketidaksinkronan yang terjadi. Lalu apa yang mereka
lakukan? Mereka melakukannya lewat siklus yang lebih besar lagi, dimana
nantinya matahari dan bumi serta planet-planet lain bersinkronisasi
secara natural. Tidak direkayasa. Dengan melakukan hal ini mereka tetap
menjaga keharmonisan dengan alam. Paling tidak itulah anggapan mereka.
Kalender
Gregorian itu tidak natural. Artinya, kalender ini “memaksa” matahari
dan bumi bersinkronisasi dengan menambahkan dan mengurangi atau membagi
hari. Bangsa Maya merasa perlu untuk tetap menjaga keharmonisan dengan
perputaran alamiah alam ini. Mereka tidak mencoba untuk mensinkronkan
hari dan tahun. Mereka membiarkan waktu yang mengaturnya dengan
bergeraknya planet-planet. Mereka memilih “jalan panjang” dan
mengijinkan matahari dan bumi menyelesaikan tuntas 400 putarannya kalau
perlu. Mereka rela menunggu. Lha, kalau kita?
Bukankah “refleksi Gregorian” ini yang terjadi di kekinian kita? Budaya
kita ketika diperhadapkan dengan “waktu” terlihat selalu tergesa-gesa.
Setiap orang selalu tergesa-gesa untuk mengalahkan jam. Mengalahkan sang
waktu! Untuk menggenapi jam-jam esktra di setiap keseharian kita.
Apakah Anda membiarkan diri Anda diatur oleh waktu? Diperintah oleh sang
waktu? Pandangan kita terhadap waktu dan kalender membuat kita sulit
untuk mengerti “keseimbangan”, “keharmonisan” bangsa Maya. Berikut
sistem penanggalan mereka. Yang pasti sistem yang dipakai berbeda.
Esensi kalendernya pun berbeda. Oleh karenanya seperti yang saya bilang
di atas. Tidak bisa membandingan dua kelender ini. Apalagi
mencocok-cocokan perhitungan bangsa Maya tentang 21-12-2012 lalu
mentransfernya ke dalam perhitungan kalenderisasi yang kita pakai saat
ini. Angka-angka bagi bangsa Maya sarat akan makna spiritualitas di
dalamnya. Bukan hanya terlihat sebagai angka-angka mati belaka. Tidak
demikian bagi mereka.
Kalau pun kita memaksakan diri untuk mengkondisikan prediksi itu ke Kalender kita. The Long Count
salah satu kalender bangsa Maya yang bikin heboh itu, perhitungannya
dimulai sejak 11 Agustus 3114 SM (atau 12 Agustus). Kalender itu
berakhir pada 5.126 tahun kemudian, tepatnya 21 Desember 2012. Nah, apa
artinya ini? Kiamat kah?
Atau
seperti kalender modern kita yang mengakhiri tanggal 31 Desember dengan
asyiknya dan memasuki 1 januari dengan cerah ceria? Apakah ketika
tanggal 21 Desember 2012 berlalu sebagai akhir dari suatu cycle Long Count
itu maka kita tidak akan lagi menghirup segarnya udara tanggal 22
Desember? Sedangkan suku Maya sendiri tidak mengenal kiamat. Dalam
kosmologi mereka, dunia ini sudah dihancukan 4 kali dan diciptakan 5
kali. Atau siklus bangsa Maya akan kembali berputar mulai dari 1 lagi,
memulai suatu siklus yang baru lagi? Jadi bukan menunjukkan dunia yang
kiamat, tapi berakhirnya suatu era atau “age” atau masa dan memasuki era
yang baru. Bisa jadi setelah 21-12-2012 akan muncul “New Age”, atau
“New Era” karena kalender bangsa Maya penuh dengan pendekatan spiritual.
Bukan sekedar angka-angka. Tulisan mengenai “Era Baru” menurut prediksi
suku Maya akan diulas kemudian. Menurut Anda?
Nah,
ini Versi terbaru mengenai kalender Maya diungkap lewat gambar berikut.
Mengapa suku Maya hanya membuat siklus hingga 2012? Ini jawabannya.:
Episode berikutnya, badai matahari dan siklus 26.000 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar