Kamis, 26 Januari 2012

Badai matahari di berbagai tempat di dunia

Badai matahari di AS
NASA/Los Angeles TImes
Washington - Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat (AS) memprediksikan badai matahari terbesar sejak tahun 2005 terjadi pada hari ini. Efek yang dialami bumi adalah radiasi yang kuat.

Menurut NASA, semburan korona matahari (CME) akan mencapai kecepatan 2,253 km per detik. Badai matahari ini akan menyentuh lapisan atmosfer bumi pada Selasa (24/1), sekitar pukul 09.00 waktu AS. Badai matahari ini akan berlangsung selama kurang lebih 7 jam.

NASA mengkategorikan radiasi badai matahari ini mencapai level S3 atau kuat. Demikian seperti dilansir oleh gizmag.com, Selasa (24/1/2012).

Sedangkan Space Weather Prediction Center (SWPC) menyatakan, cuaca akan terus meningkat di bumi sejak Selasa hingga Rabu (25/1) esok.

Semburan radiasi matahari berpotensi mengisolasi sistem komputer yang ada pada satelit bumi, merusak sambungan lsitrik, dan mengganggu transmisi radio. Selain itu, radiasi ini juga akan mempengaruhi manusia yang berada di luar angkasa maupun di ketinggian, seperti di pesawat.

Untuk menghadapi radiasi ini, sejumlah penerbangan di Kutub Utara telah dialihkan. Kemudian juga, peluncuran satelit ke luar angkasa juga akan dihentikan sementara, paling tidak menunggu hingga badai matahari selesai.

Sementara itu, tumbukan partikel-partikel bermuatan yang energik dengan atom yang ada dalam lapisan termosfer bumi akan menghasilkan Aurora di sekitar lingkaran Arktik.

"Badai matahari kali ini yang terbesar sejak Mei 2005, sedangkan yang lainnya hanya sekitar 10 persen," ucap fisikawan dari SWPC, Doug Biesecker, seperti dilansir Los Angeles Times.

Badai matahari ini juga akan mengganggu sistem GPS. Sedangkan pada Selasa malam, di langit akan terlihat warna dan cahaya tertentu yang merupakan efek badai matahari ini. Saat itu, sejumlah partikel energetik akan menyusup ke atmosfer bumi.



Gara-gara Badai Matahari, Maskapai AS Ubah Rute Penerbangan


Foto: AFP
Atlanta - Gara-gara badai matahari, maskapai penerbangan Amerika Serikat (AS), Delta Air Lines mengubah rute sejumlah penerbangan antara Asia dan AS yang melewati daerah Kutub Utara. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek negatif dari badai matahari terbesar dalam hampir satu dekade itu.

Maskapai Delta yang berbasis di Atlanta, AS menyatakan, sejumlah penerbangan pada Senin, 23 Januari malam waktu setempat menuju Detroit, AS dari Hong Kong, Shanghai dan Seoul terpaksa mengambil jalur lebih ke selatan. Namun pesawat-pesawat tersebut terbang lebih cepat agar tetap sesuai jadwal.

Penerbangan-penerbangan yang dilakukan pada Selasa, 24 Januari waktu setempat juga menempuh rute yang sama. Demikian seperti diberitakan Wall Street Journal, Rabu (25/1/2012).

Maskapai-maskapai kadang kala memang harus mengalihkan rute penerbangan sebagai langkah pencegahan selama badai matahari. Sebabnya, saat badai matahari, level radiasi meningkat di dekat Kutub Utara dikarenakan lapisan ozon yang relatif tipis.

Badai matahari memang tak berbahaya bagi mereka yang berada di darat namun bisa mempengaruhi sistem komunikasi dan navigasi pesawat-pesawat yang melewati daerah Kutub Utara.

Sebelumnya, Dinas Cuaca Nasional Amerika Serikat (AS) menyatakan, badai matahari terbesar sejak tahun 2005 terjadi pada hari Selasa waktu AS.

Menurut NASA, semburan korona matahari (CME) akan mencapai kecepatan 2,253 km per detik. Badai matahari ini akan menyentuh lapisan atmosfer bumi pada Selasa (24/1), sekitar pukul 09.00 waktu AS. Sementara menurut badan Space Weather Prediction Center (SWPC), cuaca akan terus meningkat di Bumi sejak Selasa hingga Rabu ini.

Kabar Badai Matahari Bahayakan Pengguna HP, Hoax!

Jakarta - Beredar pesan melalui SMS dan BlackBerry Messenger (BBM) nanti malam pukul 23.00 WIB akan terjadi puncak badai Matahari. Saat peristiwa terjadi, suhu Bumi akan meningkat dan berbahaya jika menggunakan HP. Namun pesan ini hoax alias kabar bohong.

"Bahwa akan ada radiasi dari Matahari yang membahayakan dan bisa merusak perangkat telepon, jadi jangan menelepon malam nanti, itu kabar bohong," kata Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (25/1/2012).

Dia menjelaskan secara umum badai Matahari terjadi pada 23 Januari dan dampaknya dirasakan pada 24 Januari pukul 21-22.00 WIB. Peristiwa hanya berlangsung beberapa jam, setelah itu keadaan kembali normal. Umumnya fenomena alam ini berdampak pada orbit satelit. Namun menurut Djamaluddin sejauh ini belum ada laporan gangguan pada satelit.

"Manusia di Bumi dan perangkat teknologi yang digunakannya aman dari dampak badai Matahari, betapa pun kuatnya. Karena Bumi dilindungi magnetosfer atau lapisan magnet dan terlindungi dari radiasinya karena ada atmosfer," jelas alumnus Universitas Kyoto, Jepang, ini.

Ditambahkan dia, yang cukup berbahaya saat badai matahari terjadi adalah ketika astronot berada di laboratorium antariksa. Maka itu ketika peristiwa itu terjadi, astronot diminta masuk ke ruang yang aman. Badai Matahari juga bisa mengancam penumpang pesawat yang melintasi wilayah kutub, karenanya pesawat lintas kutub dialihkan jalurnya.

"Orang yang menggunakan telepon, penerimaan siaran TV, ATM yang menggunakan satelit tidak terganggu. Yang terganggu adalah terputusnya layanan satelit. Tapi sepertinya kemarin tidak ada laporan," ucap Djamaluddin.

Dijelaskannya, badai Matahari pertama yang tergolong cukup kuat berupa ledakan flare berskala M8-9. Untuk ini ada yang menyebut M8,3 atau M8,7 atau M9. Ledakan terjadi pada 23 Januari 2012 pukul 03.59 UT atau 10.59 WIB. Kelas M tersebut sebenarnya tergolong kelas menengah.

Meski demikian, kelas M ini mendekati kelas ekstrem atau X, sehingga cukup berdampak pada Bumi. Flare berasal dari daerah aktif NOAA 1402 berupa bintik matahari besar di kanan atas piringan Matahari dan tampak sebagai letupan terang.

Djamaluddin menambahkan flare diikuti CME atau Coronal Mass Ejection, yakni lontaran massa dari korona matahari, terutama proton dengan kecepatan tinggi. Kecepatannya mencapai 1.400 km/detik. Lontaran massa ini diperkirakan menjangkau jarak sepanjang Pulau Jawa hanya dalam waktu satu detik. Partikel bermuatan dari Matahari itu tampak seperti hujan salju, yang berarti mengarah ke arah Bumi. Partikel tersebut baru mencapai Indonesia pada 24 Januari malam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar